Ayo ambil contoh MRT Jakarta Sesi I( Lb Bulus- Bundaran HI). Jalan transportasi sejauh 15, 7 kilometer itu dibiayai penuh oleh Jepang.
- Engineering services loan: 1. 869 billion yen( Nov 2006)
- Main loans: 48. 15 billion yen( March 2009)
- Main loans: 75. 218 billion( December 2015)
Mengapa duit sebanyak ini tidak dipakai di dalam negara Jepang saja? Kan Pemerintah Jepang lagi banyak- banyaknya utang?( 256% GDP). Tentu perlu uang, kok malah dipinjamkan ke Indonesia?
Jawabannya merupakan sebab dengan berikan utang ke Indonesia, Jepang sebetulnya" menang banyak"
- Berikan pekerjaan untuk pelakon industri Jepang. MRT memanglah dibentuk di Jakarta, tetapi jasa konsultan, konstruksi sampai komponen mekanik serta listrik dikerjakan oleh orang/ industri Jepang. JICA menyebutnya selaku" All- Japan system". Ini sekalian jadi iklan free tentang keahlian Jepang di bidang teknologi. Tentu negeri lain hendak tertarik gunakan produk Jepang.
- Memantapkan posisi Jepang di ranah politik serta diplomasi. Bayangkan Kamu seseorang diplomat Jepang. Keahlian buat berikan utang merupakan satu amunisi yang sangat berarti dalam taktik perundingan sehingga tugas Kamu lebih gampang. Terlebih Jepang tidak mempunyai keahlian militer yang bertabiat ofensif. Beda dengan AS yang dapat menggertak gunakan angkatan bersenjata jika kemauan tidak dipadati.
- Bersaing dengan Cina. Kebangkitan Cina selaku kekuatan ekonomi baru memanglah jadi kekhawatiran Jepang. Kala proyek kereta kilat Jakarta- Bandung dimenangkan oleh Cina( 2015), publik Jepang sangat kecewa. Hingga operasional MRT Jakarta dilihat selaku kemenangan Jepang atas musuh bebuyutannya ini.
Yang lebih menarik merupakan jika kita fokus pada aspek finansial. Nyatanya berikan utang kepada Indonesia itu menguntungkan!
Pesan utang pemerintah Jepang dikala ini berikan yield yang sangat rendah. Nyaris 0%. Maksudnya, pemerintah Jepang jika berhutang sesungguhnya tidak butuh bayar bunga. Bandingkan dengan yield Indonesia yang dekat 6, 5%.
Nah, utang Jepang ke proyek MRT Jakarta itu suku bunganya 0, 1–0, 25%( per tahun). Dapat dilihat kalau Jepang masih bisa untung dari selisih bunga. Memanglah sekilas nampak kecil, tetapi jika dikali dengan pokok utang yang triliunan Rupiah serta tenor yang panjang( 40 tahun), cukup pula kan nilainya.
Intinya, there ain't no such thing as a free lunch.
Ini hukum awal serta utama di dunia keuangan. Investor( tercantum Jepang) tentu berperan dengan mengutamakan kepentingan individu tiap- tiap.
Tentu terdapat udang di balik batu. Kelainannya hanya di dimensi: terdapat udang bercapit kecil serta terdapat yang bercapit besar. Tetapi yang jelas seluruh udang itu bercapit.
Tidak ada komentar