kutipan pembuka dari filsuf terkenal, friedrich nietzsche, yang mengigatkan kita bahwa budaya selalu menjadi sumber ketidaksepakatan dan kesalahpahaman. apa yang dimaksudkan oleh nietzsche ketika ia mengatakan "budaya" seperti yang akan kita lihat, arti dari budaya bagi pemasar global agak berbeda dengan apa yang dikatakan nietzsche pada kutipan diatas semua elemen-elemen dari budaya yang "tinggi" dan "rendah" ini adalah penting, tetapi sebagai pemasar global kita tahu bahwa budaya lebih dari sekedar seni, budaya pasti memiliki pengaruh besar terhadap apa yang terjadi di pasar.
pemasar global harus mengenali dan menghadapi perbedaan-perbedaan dalam lingkungan sosial dan budaya di pasar dunia. pada artikel kali ini memfokuskan pada pentingnya perbedaan dipasar dunia, yang sama pentingnya dengan persamaan yang menunjukkan kenyataan akan adanya budaya yang universal, untuk membantu pemasaran agar lebih memahami kedinamisan sosial dan budaya dengan lebih baik dipasar global.
A. Aspek Dasar Dari Budaya
bagi ahli antropologi dan sosiologi, budaya adalah 'cara hidup" yang dibentuk oleh sekelompokan manusia yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. budaya memainkan peran dalam konteks institusi sosial, termasuk keluarga, pendidikan, agama, pemerintahan, dan institusi bisnis. Budaya termasuk kesadaran dan ket'daksadaran akan nilai, ide, sikap, dan simbol yang membentuk perilaku manusia dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dalam arti ini, budaya tidak mengacu pada penyelesaian yang hanya berlaku sekali untuk masalah-masalah unik, atau moda dan gaya yang berganti-ganti. Seperti didefinisikan oleh seorang ahli antropologi organisasi Geert Hofstede, budaya adalah “tatanan kolektif dari pikiran yang membedakan anggota tersebut dari satu kategori orang dengan orang lainnya,”
lagipula, dengan kesepakatan bahwa budaya itu dipelajari, buka pembawaan sajak lahir, kebanyakan antropolog membagi menjadi dua pandangan, pandangan pertama, semua bentuk budaya saling berhubungan pengaruh atau perubahan salah satu aspek budaya, yang lain ikut terpengaruh. kedua, karena demikian bersama oleh anggota kelompok, budaya menjadibatasan antar kelompok yang berbeda.
budaya terdiri dari respon yang dipelajari terhadap situasi yang terjadi, semakain dini respon ini dipelajari, semakain sulit untuk diubah. sebagai contoh selera dan prefrensi dari budaya yang satu dengan budaya yang lain dan mempunya dampak yang besar pada lingkungan pemasaran. pilihan pada hal-hal seperti warna yang banyak dijunjung tinggi dinegara-negara islam, tetapi di kebanyakan asia dikaitkan dengan penyakit. sementara itu warna putih, biasanya dihubungkan dengan kemurnian dan kebersihan dibarat, tetapi debeberapa negara asia melambangkan kematian.
hipotesis yang beralasan adalah perbedaan ini sebagian diakibatkan oleh perbedaan budaya. seperti kita perhatikan, tingkat pendapatan juga mempengaruhi tingkah laku dan sikap konsumen diseluruh dunia. sebendarnya pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh pemasar yang sedang mencoba memahami atau memperkirakan tigkah laku adalah "seberapa jauh faktor budaya mempengaruhi tingakah laku yang independen dari tingkat pendapatan" kadang-kadang pengaruh itu kuat.
mencari budaya universal
pertanyaan penting bagi pemasar global adalah mengetahui budaya universal, budaya universal adalah modus tingkah laku yang ada dalam setiap budaya, aspek universal dari lingkungan budaya menunjukan peluang bagi pemasar global untuk menstandarisasi beberapa atau seluruh elemen program pemasaran. daftar budaya universal yang diambil dari studi klasik ahli antropologi budaya George p.Murdock adalah sebagai berikut oleh raga atletik, hiasan badan, memasak, masa berpacaran, menari, seni dekorasi, pendidikan, etika, etiket, pesta keluarga, pantangan makan, bahasa, penikahan, waktu makan, obat-obatan, perkebunan, musik, ritual keagamaan, peraturan pendudu, perbedaan setatus, dan perdagangan. pemasaran global yang cerdik sering menemukan bahwa keragaman budaya di dunia mengakibatkan cara yang berbeda dalam mentelesaikan hal yang sama.
pandangan ahli antropologi
Setiap penelitian sistematis mengenai geografi pasar baru memerlukan kombinasi pemikiran yang tegar dan terbuka. Penghargaan terhadap cara hidup yang berbeda tidak dapat dikembangkan kalau seseorang bersikap defensif terhadap cara hidupnya sendiri, itu harus ditanamkan dalam keyakinan dan kebiasaan orang itu sendiri. Sebagai tambahan, keterbukaan diperlukan bila seseorang ingin menghargai integritas dan nilai dari jalan hidup dan pandangan hidup yang lain utnuk mengatasi kecurigaan yang merupakan sifat alamiah dari kecenderungan manusia terhadap sikap ctnosentris. Apabila orang-orang yang berasal dari negara lain mengeluh bahwa (orang-orang Amerika, Prancis, Inggris, Cina, dst.) angkuh, tinggi hati, atau sombong, sikap etnosentris p negara asal mungkin menyebabkan masalah ini terjadi. Pemasar global perlu bangkan pandangan yang obyektif yang mengakui keanekaragaman dan memahami asal usulnya. Banyak jalan ke arah tujuan kehidupan yang sama internasional mengetahui hal ini dan bergembira dalam keanekaragaman hidup ini.
Budaya konteks Tinggi dan rendah
Dalam budaya konteks tinggi, kata-kata seseorang bisa menjadi jaminannya. Kebutuhan untuk mengantisipasi penyimpangan dan menyediakan sanksi hukum eksternal tidak terlalu besar dalam budaya yang menekankan pada kewajiban dan kepercayaan sebagai nilai yang penting. Dalam budaya ini, perasaan akan kewajiban dan kehormatan yang dimiliki bersama menggantikan sanksi hukum yang tidak bersifat personal, jadi, perlu mengadakan negosiasi yang panjang dan mengulur-ulur waktu, yang tampaknya tidak pernah menyinggung masalah sebenarnya. Sebagian dari tujuan neg siasi bagi seseorang dari budaya konteks tinggi adalah mengenal mitra potensial.
Komunikasi Dan Negosiasi
Perilaku Sosial
Perilaku sosial lainnya, jika tidak diketahui, akan merugikan bagi pelancong internasional. Sebagai contoh, di Arab Saudi, merupakan penghinaan jika menanyakan kepada pemilik rumah tentang kesehatan suami/istri, melihat sol sepatu seseorang, menyentuh atau memberikan sesuatu dengan tangan kiri. Di Korea, kedua belah tangan harus digunakan ketika menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dan tidak sopan jika membahas politik, komunis, atau Jepang. Juga masih di Korea, perkenalan secara formal itu sangat penting. Baik di Jepang maupun di Korea, pangkat dan gelar diharapkan untuk ditulis dalam alamat tuan rumah. Di Amerika Serikat, tidak ada ketentuan yang jelas tentang perilaku ini, kecuali dalam bidang-bidang tertentu, seperti angkatan bersenjata dan bidang kedokteran. Di Indonesia, tidak sopan menunjuk orang lain dengan jari. Namun, seseorang dapat menunjuk dengan ibu jari atau memberi isyarat dengan dagu.
Sosialisasi Antar Budaya
Sebagai contoh, di Amerika Serikat, bak mandi dan toilet mungkin berada dalam ruang yang sama. Orang Amerika mengasumsikan bahwa ini adalah norma yang berlaku di dunia. Namun, dalam beberapa budaya seperti Jepang, menganggap itu tidak higienis. Bahkan budaya lain menganggap duduk di atas toilet duduk itu tidak higienis. Di banyak budaya, penggunaan tisu toilet bukanlah norma mereka. Penulis ingat pada kunjungan pertamanya ke toilet di salah satu departemen di Indonesia. Di sinilah penulis menemukan bahwa pemerintah Indonesia di Jakarta tidak menyediakan tisu bagi para pengguna toilet. Hal ini tidak akan Anda temukan di Intercontinental Hotel di Jakarta.
Memang tidak selalu perlu bagi seorang pelancong bisnis internasional untuk “mengerti tentang “apa sebab” dari suatu budaya, tetapi penting untuk menerima dan “ mematuhinya ketika berada di negara asing, Mengetahui budaya di tempat yang ukan “an kunjungi atau tempat Anda bekerja akan memberi keuntungan yang sangat besar.
B. Pendekatan Analitis Faktor-Faktor Budaya
Misalnya, seseorang yang berasal dari budaya yang mendorong tanggung jawab dan inisiatif dapat salah mengerti dengan seorang klien atau atasan dari budaya yang menganjurkan agar orang tetap mengendalikan diri dalam semua kegiatannya. Atasan seperti itu akan mengharapkan diberi tahu secara rinci apa yang dikerjakan bawahannya ketika si bawahan tersebut mungkin mengambil inisiatif dengan anggapan bahwa atasannya akan menghargai kemauannya untuk bertanggung jawab.
Untuk mengatasi sikap etnosentris dan kecadokan budaya, para manajer harus berusaha untuk mempelajari dan menginternalisasi perbedaan-perbedaan budaya itu. Ada beberapa garis pedoman yang akan mempercepat kemampuan Anda untuk belajar mengenai budaya lain.
- Awal dari kebijakan adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah benar-benar memahami diri kita sendiri dan orang lain, Manusia terlalu kompleks untuk Be “dipahami”. Seperti dikemukakan oleh Carl Jung, “Pada dasarnya salah pengertian itu tidak ada....salah pengertian hanya ada dalam bidang yang kita anggap "mengerti?"
- Sistem persepsi kita amat terbatas. Kita nyaris tidak “melihat” apa-apa. Sistem saraf kita terorganisasi dengan prinsip umpan balik negatif. Artinya sistem pengendali saraf kita hanya bekerja jika ada sinyal masukan yang berbeda dari apa yang kita harapkan.
- Kita menghabiskan sebagian besar cncrgi untuk mengelola masukan persepsi.
- Kalau kita mengalami atau menangkap tingkah laku aneh, ada sesuatu di belakang tingkah laku ini yaitu sistem budaya keyakinan dan nilai yang tidak kita pahami.
- bila kita menjadi efektif dalam budaya asing, kita harus mencoba memahami keyakinan,motif, dan nilai. hal ini memerlukan sikap terbuka, sikap yang berada diatas budaya kita sendiri.
Tidak ada komentar